Tentang teladan kesantunan, beliau menempati posisi
tertinggi, baik terhadap kekasaran Badawi maupun terhadap kecongkakan
musuh setelah Rasulullah saw. mendapatkan kemenangan.
Tentang apa yang beliau terima dari kekasaran Badawi cukuplah bagi
penyusun untuk menyebutkan salah satu contoh dari berbagai contoh yang
sangat banyak dalam sejarah beliau. Asy- Syakhani meriwayatkan dari Anas
ra., ia berkata:
Saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw. Beliau mengenakan selimut
buatan negeri Najran yang kasar. Ketika seorang Badawi melihatnya, maka
Badawi itu menarik selimut tersebut secara kasar. Maka, aku melihat
pundak Rasulullah saw., aku dapatkan dari bekas selimut tersebut karena
saking kerasnya ditarik Badawi. Kemudian Badawi berkata, "Wahai
Muhammad, berilah sebagian harta Allah yang ada padamu". Maka Aku
berpaling kepada Rasulullah. Beliau tertawa dan menyuruh agar si Badawi
tersebut diberi
.
.
Tentang sikap santunnya terhadap musuh setelah
beliau mendapatkan kemenangan, cukup kita melihat perlakuan beliau
kepada penduduk Makkah yang pernah menyiksa, menekan, bahkan mengusir
dari negerinya, dan bersekongkol untuk membunuhnya. Mereka telah
melempar perkataan dusta dan palsu kepadanya. Sehingga dengan
kesantunannya ini tampak bagi semua orang akan jiwanya yang mulia, yang
tercermin dalam sifat pemaafnya. (Lihatlah ketika beliau sebagai
penakluk kota Makkah, dalam pasukan tentara besar, yang belum disaksikan
jazirah Arab sebelumnya, yang menderapkan telapak-telapak kaki pasukan
kuda memasuki kota Makkah. Lihatlah bagaimana kota tersebut berada dalam
kasih sayang dan maafnya. Padahal, di antara penduduk kota tersebut
terdapat para tokoh dan pemimpin yang pernah berbuat tidak senonoh
kepada beliau. Beliau memperlakukan mereka dengan penuh kebaikan. Dan
para penguasa muka bumi niscaya akan menghadiahi mereka dengan potong
kepala) ('Abdu 'r-Rahman 'Azzam, Bathalu '1-Abthal, p.55.) ). Rasulullah
saw. mengumpulkan penduduk Makkah dan melindunginya, bahkan berkata
kepada mereka dengan ucapannya yang abadi sepanjang masa:
مَاتَرَوْنَ أَنِّيْ فَاعِلٌ بِكُمْ ؟ قَالُوْا ׃ أَخٌ كَرِيْمٌ ، قَالَ ׃ اِذْهَبُوْا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ٠
"Apa yang kalian lihat dari perlakuanku terhadap kalian?" Mereka
menjawab, "Saudara mulia. Anak saudara mulia". Rasulullah saw. berkata,
"Pergilah, kalian semua adalah orang- orang bebas".
Bagaimana tidak demikian, sedang Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh". (Q.S. 7:199)
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar