Ada seorang pemuda bernama Dinar. Dinar punya ibu yang saleh. Ibunya selalu menasihatinya agar Dinar bertaubat dari dosanya, tapi meskipun sudah sering dinasihati, kata-katanya tidak membuat Dinar berubah.
Hingga pada suatu hari ketika Dinar berjalan melintasi kuburan, dia
berhenti dan memungut sebuah tulang. Dia terkejut karena melihat tulang
itu hancur dalam genggamannya.
Hal itu sangat mempengaruhi hati Dinar, dia mulai mengingat masa lalu dan dosa-dosanya, kemudian dia menangis “Celakalah kau Dinar! Kau akan seperti tulang yang hancur ini dan jasadmu akan menjadi tanah.”
Jadi dia memutuskan untuk bertaubat. Sambil menengadahkan kepalanya ke langit, dia berkata “Tuhanku, aku sekarang mendekat kepada-Mu dengan sebenar-benar ketundukan, jadi terimalah aku dan ampuni aku.”
Hal itu sangat mempengaruhi hati Dinar, dia mulai mengingat masa lalu dan dosa-dosanya, kemudian dia menangis “Celakalah kau Dinar! Kau akan seperti tulang yang hancur ini dan jasadmu akan menjadi tanah.”
Jadi dia memutuskan untuk bertaubat. Sambil menengadahkan kepalanya ke langit, dia berkata “Tuhanku, aku sekarang mendekat kepada-Mu dengan sebenar-benar ketundukan, jadi terimalah aku dan ampuni aku.”
Dengan keadaan hati dan pikiran yang sepenuhnya berubah, Dinar pulang ke
rumahnya dan berkata kepada ibunya “Wahai ibu, apa yang akan dilakukan
seorang tuan kepada budaknya yang melarikan diri?”
Ibunya berkata “Untuk menghukumnya, dia akan memberinya pakaian yang kasar, makanan yang murah, dan mengikat kaki serta tangannya agar dia tidak melarikan diri lagi.”
Dinar berkata “Kalau begitu, aku mau pakaian dari wool yang kasar, gandum yang murah, dan dua rantai. Wahai ibu, lakukan padaku apa yang akan dilakukan pada seorang budak yang melarikan diri. Mungkin Tuhanku akan mengampuniku karena melihat rasa malu dan ketundukanku.”
Ibunya berkata “Untuk menghukumnya, dia akan memberinya pakaian yang kasar, makanan yang murah, dan mengikat kaki serta tangannya agar dia tidak melarikan diri lagi.”
Dinar berkata “Kalau begitu, aku mau pakaian dari wool yang kasar, gandum yang murah, dan dua rantai. Wahai ibu, lakukan padaku apa yang akan dilakukan pada seorang budak yang melarikan diri. Mungkin Tuhanku akan mengampuniku karena melihat rasa malu dan ketundukanku.”
Mendengar permintaan Dinar, ibunya terkejut! Namun karena melihat
putranya tetap teguh dengan permintaannya, ibunya memberikan apa yang
dia inginkan.
Pada setiap permulaan malam, Dinar mulai menangis, dia terus mengulang-ulang ucapan “Celakalah kamu Dinar! Apakah kau punya kekuatan untuk menahan api neraka? Betapa memalukannya hidupmu karena menyebabkan kemarahan Allah S.W.T.”
Pada setiap permulaan malam, Dinar mulai menangis, dia terus mengulang-ulang ucapan “Celakalah kamu Dinar! Apakah kau punya kekuatan untuk menahan api neraka? Betapa memalukannya hidupmu karena menyebabkan kemarahan Allah S.W.T.”
Dia terus dalam keadaan ini sampai pagi. Karena sering menangis, kurang
tidur, dan makan-makanan yang murah, maka tubuhnya menjadi pucat, dan
Dinar semakin lemah.
Tak kuasa melihat anaknya seperti itu, ibunya berkata “Wahai anakku! Jangan terlalu keras pada dirimu!”
Dia menjawab ibunya “Biarkan aku terikat untuk sementara waktu, mungkin aku dapat memperoleh ketenangan jangka panjang nantinya, karena esok aku akan berada di hadapan Tuhanku dalam waktu yang lama, dan aku tidak tahu apakah Dia akan memasukkan aku ke dalam tempat yang indah dengan tempat bernaung, atau tempat yang sangat menyeramkan.”
Tak kuasa melihat anaknya seperti itu, ibunya berkata “Wahai anakku! Jangan terlalu keras pada dirimu!”
Dia menjawab ibunya “Biarkan aku terikat untuk sementara waktu, mungkin aku dapat memperoleh ketenangan jangka panjang nantinya, karena esok aku akan berada di hadapan Tuhanku dalam waktu yang lama, dan aku tidak tahu apakah Dia akan memasukkan aku ke dalam tempat yang indah dengan tempat bernaung, atau tempat yang sangat menyeramkan.”
Ibunya berkata “Anakku, setidaknya istirahatlah sebentar.”
Dia berkata “Bukan istirahat atau kenyamanan yang kucari. Wahai ibuku, apa jadinya jika aku melihatmu dan orang-orang beriman dibawa ke surga sementara aku dan yang lainnya dibawa ke neraka?” Ibunya meninggalkannya, sementara Dinar melanjutkan tangisnya, beribadah, dan membaca Al-Qur’an.
Dia berkata “Bukan istirahat atau kenyamanan yang kucari. Wahai ibuku, apa jadinya jika aku melihatmu dan orang-orang beriman dibawa ke surga sementara aku dan yang lainnya dibawa ke neraka?” Ibunya meninggalkannya, sementara Dinar melanjutkan tangisnya, beribadah, dan membaca Al-Qur’an.
Pada suatu malam, dia membaca ayat yang berbunyi “Demi Tuhanmu dan
Muhammad S.A.W. Sesungguhnya Kami akan memanggil mereka untuk
mempertanggungjawabkan atas apa yang mereka sering perbuat.”
Dia mulai memikirkan tentang ayat ini dan maknanya. Dia menangis begitu dalam sampai pingsan. Ibunya bergegas menghampirinya untuk membangunkannya, tapi dia tidak merespon. Ibunya berpikir dia telah meninggal, dilihatnya wajah putranya dan berkata “Wahai anakku, dambaan hatiku, dimana kita akan bertemu lagi?” Sebenarnya Dinar masih belum mati.
Dia mulai memikirkan tentang ayat ini dan maknanya. Dia menangis begitu dalam sampai pingsan. Ibunya bergegas menghampirinya untuk membangunkannya, tapi dia tidak merespon. Ibunya berpikir dia telah meninggal, dilihatnya wajah putranya dan berkata “Wahai anakku, dambaan hatiku, dimana kita akan bertemu lagi?” Sebenarnya Dinar masih belum mati.
Karena mendengar suara ibunya, dia menjawab dengan suara lemah “Ibuku!
Jika kau tidak menemukanku di dataran putih pada hari kiamat, maka
tanyakanlah Malik (malaikat penjaga neraka) tentangku.
Karena tubuhnya sudah terlalu lemah, maka Dinar meninggal. Melihat
anaknya meninggal, ibunya menyiapkan penguburan untuknya, kemudian dia
mengumumkan kepada orang-orang “Wahai orang-orang, datanglah ke
pemakaman seseorang yang telah terbunuh karena rasa takut akan api
neraka.”
Subhanallah, ingatlah bahwa kematian akan menyentuh setiap nyawa, dan
satu-satunya hal yang akan diperhitungkan adalah amal kalian. Jadilah
orang-orang yang mengharapkan surga. Jadilah orang-orang yang bekerja
keras! Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
0 komentar:
Posting Komentar