Sebagai seorang mukmin, kita tentunya berkeinginan untuk dapat menghafal
Al-Quran dan setiap kita pasti memimpikan agar dapat melahirkan
anak-anak yang hafal Al-Quran (hafidz/hafidzah). Berikut ini ada
beberapa cara/kaidah dasar untuk memudahkan menghafal, di antaranya:
* Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza wa Jalla.
Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya
karena Allah Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan
keridhaan-Nya. Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran
dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena riya atau sumah (ingin
didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya
kepada dosa.
* Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal
Al-Quran. Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan
ketika membaca Al-Quran maka dia akan mendapatkannya.
* Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang
baik bacaan Al-Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari
Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan
secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan
beliau. Pada tahun Rasulullah shallallahualaihi wa sallam diwafatkan,
Jibril menemui beliau sampai dua kali. Para shahabat radliallahu anhum
juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahualaihi wa sallam secara
lisan demikian pula generasi generasi terbaik setelah mereka. Pada masa
sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang
dibaca oleh qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal
Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam hal
bacaan Al-Quran dan tajwidnya.
* Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu
hizb, seperempat hizb atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut
sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa
mungkin untuk dipenuhi.
* Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal
ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian
dapat dibantu dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang
siang dan malam.
* Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana
bisa menghafal dengan mendengar. Dengan membaca/melihat akan terbekas
dalam hati bentuk-bentuk ayat dan
tempat-tempatnya dalam mushaf. Bila orang yang menghafal Al-Quran itu
merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka
hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.
* Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk
menghafal Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan
juga mengenal segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat
yang lainnya. Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk
membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan
keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab
turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum
yang khusus.
* Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke
surat lain kecuali setelah benar-benar sempurna hafalannya dan telah
kokoh dalam dada.

* Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya
kepada dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan
kepada seorang hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini
dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal
ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya
sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya
tetapi tidak ada yang memperingatkan kesalahan tersebut
.
* Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam : “Jagalah benar-benar
Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih
cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.”
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar
saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan
Al-Quran terus diulang setiap harinya. Bila ternyata hafalan yang ada
hilang dalam dada tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat (surat)
ini atau ayat (surat) itu.” Akan tetapi hendaklah mengatakan: “Aku
dilupakan,”
* Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk
memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan
surat lain.
* Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang
dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di
lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal
satu atau beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk
menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan
dalam penulisannya.
* Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25
tahun. Wallahu alam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas
menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada
menghafal di usia tua. Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil
seperti mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti mengukir
di atas air.
0 komentar:
Posting Komentar